Langit semakin menunjukkan warna keemasannya, dan burung-burung pun beterbangan kembali ke sarangnya masing-masing, angin lembut membelai helaian rambutku melalui jendela yang sengaja aku buka, mencoba menghilangkan bau obat-obatan dari kamar rumah sakit ini.
Ya rumah sakit, sekarang aku berada di rumah sakit, tepatnya di kamar rumah sakit tempat temanku di rawat, aku palingkan wajah ini yang semula nenghadap jendela kini menuju seorang yang sedang tertidur lelap di atas ranjang itu,
Aku menghela nafasku sebelum berjalan perlahan menuju tempatnya berada, ryuu seorang lelaki yang sangat aku sukai kini tengah terbaring tiada daya melawan penyakit mematikan yang ada dalam tubuhnya, dan hanya dengan alat bantu yang disediakan pihak rumah sakit ryuu dapat bertahan, walaupun aku tau alat bantu itu takkan selamanya dapat membantu ryuu untuk tetap selalu bersamaku, di sisiku.
Aku genggam tangannya yang kurus, untuk saat ini rasanya aku benar-benar ingin menggantikan posisinya yang sangat menyedihkan, dan berharap dengan adanya pengorbanan yang aku lakukan ini, ia akan tau jika sahabat yang mencintainya kini sangatlah berharap ia sembuah, entah mengapa memikirkan itu saja sudah membuatku menitikkan air mata,
“kamu menangisi aku?” sebuah suara berat memasuki indra pendengarannku, membuatku harap-harap cemas memandang ryuu yang kini sudah terjaga dari lelapnya, segera aku seka air mata yang menetes di pipiku
—
“jika itu benar, kamu harus pulang” ucapnya membuatku memandang dirinya tak percaya
“ryuu…”
“aku tidak mau dikasihani, pulanglah” ucapnya yang mulai mengalihkan pandangannya ke langit-langit
“aku tidak mau kamu tinggal” rengekku padanya, aku sudah tidak perduli lagi, aku benar-benar tidak mau ditinggal olehnya
“kamu tidak rela?” tanyanya, membuatku mengangguk mengiyakan
“apa yang membuat kamu tidak rela?” tanyanya kembali
“karna aku membutuhkan kamu” ucapku di sela isak tangisku, aku dengar ia menghela nafas dengan berat.
—
Langit malam memberikan keindahan tersendiri bagi yang melihat dan menikmatinya, namun untuk malam ini saja, mengapa aku sangat gelisah, aku sangat takut ada sesuatu yang terjadi pada ryuu, setelah kejadian tadi sore, ryuu hanya diam memandangi diriku yang masih menangis di hadapanyya, bahkan mungkin tak ada niat baginya untuk menenangkan diriku, namun sebagai gantinya ia memberikan senyuman manisnya untukku, senyuman yang sudah lama tidak ku dapatkan.
Dreeeettth…
Ponselku bergetar, memecahkan lamunanku dan kembali kekeadaan sebenarnya, segera ku raih ponselku yang sengaja aku taruh di atas meja belajarku, saat aku buka pesan yang dikirimkan oleh ibu ryuu seketika jantungku berdegup kencang, sangat kencang malah karena isi pesan yang dikirimkan oleh bibi miko mengatakan jika saat ini ryuu sedang sekarat
Segera aku raih jaket yang sejak tadi aku sediakan, karena aku tau udara malam ini tidak sehangat malam sebelumnya, aku langkahkan kakiku dengan cepat menuruni tangga rumahku, yang ada dalam pikiranku sekarang adalah bagaimana cepat sampai di tempat ryuu sekarang.
Tanpa memperdulikan ocehan orang yang aku tabrak, aku terus berlati menyusuri lorong rumah sakit, tujuanku sekarang hanya ryuu, ryuu dan ryuu
“hana” seru seorang membuatku semalin mempercepat langkah kakiku
“di mana ryuu, bi?” tanya ku setelah sampai di tempat bibi miko
“ada di dalam, masuklah” ucapnya, aku pun langsung masuk dalam kamar rawat ryuu
“ryuu…” ucapku, setelah berada di samping ranjang ryuu, aku lihat ia membuka perlahan matanya yang sejak tadi tertutup
“lambat…” ryuu berujar dengan pelan, namun aku masih mampu mendengarnya dan saat itu berhasil membuatku menitikkan air mataku
“kamu harus bertahan ryuu” pintaku sambil menggenggam tangannya yang sangat dingin
“aku… Suda-dah bertahan sampai sekarang… It-tu merupakan keajai-bban, kat-tta dok-ter” ryuu berucap dengan terbata
“ada yang ha-rus aku ka-takan” sambungga nya lagi
“katakanlah” ucapku yang hanya pasrah dengan semua keadaan ini
“jadilah ga-dis yang kuat, da-n jangan cengeng” pintanya padaku, sedangkan aku nya mampu menganggukkan kepalaku
“aku mecintaimu” dan kata-kata terakhir itulah yang berhasil membuatku menitikkan air mataku dengan deras ‘aku mencintaimu’ kata-kata itu yang selama ini aku tunggu, dan saat dia mengungkapkannya, maut memisahkan kami…
Ryuu meninggal saat mengungkapkan perasaanya padaku, bahkan dia belum tau akan jawabanku,
Oh tuhan, aku tau kau mengasihinya, dan kasihmu lebih besar dari kasihku
Cerpen Karangan: Hartini
Facebook: putri’harini hyuuga’hinata rabenda’no hana
jika bisa aku minta komentarnya ya :)
sumber ; http://cerpenmu.com/cerpen-cinta-sedih/kasih-sayangku-kasih-sayang-tuhan-2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar